Kerja Remote vs Kantor, Mana yang Lebih Cocok untuk Kamu?
Pertanyaan ini makin relevan di era kerja hybrid seperti sekarang. Dulu, kerja identik dengan berangkat pagi, pulang malam, dan duduk di kantor. Sekarang? Banyak perusahaan membuka opsi remote, bahkan full-remote lintas kota dan negara.
![]() |
Kerja Remote vs Kantor |
Tapi sebelum memutuskan mana yang lebih "ideal", kamu perlu tahu dulu: tidak ada satu sistem kerja yang cocok untuk semua orang. Kuncinya adalah mengenal kebutuhan, ritme kerja, dan gaya hidupmu sendiri.
Apa Itu Kerja Remote dan Kerja Kantor?
Agar tidak rancu, mari kita samakan definisinya:
- Kerja kantor (onsite): Kamu bekerja dari ruang fisik milik perusahaan, hadir langsung setiap hari atau sesuai jadwal tetap.
- Kerja remote (WFH): Kamu bekerja dari mana saja selain kantor, bisa dari rumah, kafe, coworking space, atau bahkan luar kota/negeri, dengan sistem komunikasi online.
Ada juga sistem hybrid, yaitu kombinasi keduanya: beberapa hari ke kantor, beberapa hari kerja dari rumah.
Keuntungan dan Tantangan: Kerja Remote
Keuntungan:
- Fleksibel secara waktu dan tempat. Tidak perlu macet atau commute, bisa lebih santai dalam mengatur jam kerja (tergantung perusahaan).
- Lebih hemat. Tidak ada biaya transportasi, makan siang di luar, atau dandan harian.
- Ruang pribadi lebih besar. Cocok untuk yang suka kerja tenang atau punya banyak tanggungan di rumah.
Tantangan:
- Rentan distraksi. Apalagi kalau ruang kerjamu nyatu dengan kamar tidur.
- Batas kerja dan hidup sering kabur. Bisa jadi kamu kerja lebih lama tanpa sadar.
- Minim interaksi langsung. Bagi yang suka ngobrol atau teamwork intens, ini bisa bikin cepat jenuh.
Studi dari Owl Labs menunjukkan bahwa 55% pekerja remote merasa lebih stres saat tidak bisa memisahkan ruang kerja dan ruang pribadi secara jelas.
Keuntungan dan Tantangan: Kerja Kantor
Keuntungan:
- Lingkungan kerja yang jelas. Kantor biasanya lebih kondusif dan mendorong fokus.
- Interaksi sosial langsung. Cocok buat yang suka kolaborasi, diskusi spontan, atau belajar dari rekan kerja.
- Jadwal lebih terstruktur. Bangun pagi, siap-siap, lalu kerja. Pola ini membantu banyak orang tetap produktif.
Tantangan:
- Butuh waktu dan biaya untuk transportasi. Apalagi kalau rumah jauh dari kantor.
- Potensi stres dari politik kantor atau budaya kerja yang toksik.
- Kurang fleksibel. Sulit untuk mengatur waktu pribadi di tengah hari kerja.
Cek Dulu: Gaya Kerja Seperti Apa yang Cocok Buatmu?
Sebelum memilih, tanyakan dulu ke diri sendiri:
- Apakah aku butuh interaksi langsung untuk semangat bekerja?
- Seberapa penting fleksibilitas waktu buatku saat ini?
- Apakah aku punya ruang kerja yang nyaman di rumah?
- Apakah aku bisa mengatur waktu sendiri tanpa pengawasan?
Kalau kamu termasuk orang yang disiplin, mandiri, dan tidak mudah terdistraksi, kemungkinan besar akan cocok dengan sistem remote.
Tapi kalau kamu butuh arahan, tim yang suportif secara langsung, atau suasana kerja yang hidup, mungkin kerja kantor atau hybrid lebih sesuai.
Cerita Nyata: Ketika Remote Kerja Justru Bikin Burnout
Dita, 25 tahun, bekerja sebagai digital marketer di perusahaan e-commerce yang menerapkan sistem full-remote sejak pandemi. Awalnya, ia sangat senang. Tidak perlu ke kantor, bisa kerja sambil pakai piyama.
Namun setelah 8 bulan, ia merasa kehilangan struktur hidup. Bangun siang, kerja tanpa henti, dan merasa “selalu bekerja” karena notifikasi terus berdatangan.
Akhirnya, Dita memutuskan pindah ke perusahaan hybrid, dan kini merasa lebih seimbang. Ia sadar, ternyata dirinya butuh ruang kerja fisik untuk membatasi dunia profesional dan pribadi.
Apa Kata Data?
Menurut Buffer's State of Remote Work, sekitar 98% pekerja remote ingin tetap bekerja secara remote setidaknya sebagian waktu. Tapi di sisi lain, lebih dari 20% dari mereka juga melaporkan kesepian sebagai salah satu tantangan utama.
Artinya, remote bukanlah solusi universal. Ada plus minus yang harus ditimbang berdasarkan gaya hidup dan kebutuhanmu.
Penutup: Kenali Ritme, Bukan Ikut Arus
Sama seperti saat menentukan karier, memilih sistem kerja juga bukan soal mana yang lebih “keren” atau tren saat ini. Tapi soal mana yang membuat kamu berkembang tanpa kehilangan diri sendiri.
Jangan takut mencoba dua-duanya kalau ada kesempatan. Karena dari situ kamu bisa tahu sendiri mana yang paling cocok.
Dan saat kamu sudah tahu tempat dan cara kerja yang nyaman, pertanyaan berikutnya muncul: Bagaimana caranya tetap waras dan produktif saat rasa capek, bosan, dan stres mulai datang?
Kita akan bahas itu di artikel berikutnya.